Pemancing Ikan di Tepi Kota Tua

Nasib hidup manusia di permukaan bumi ini tidaklah sama. Ibarat pohon kayu di hutan lebat, tidak ada satupun pohon yang tingginya sama. Ada nasib hidup seseorang yang bergelimangan harta, dan ada nasib hidup seseorang hanya dalam kesederhaan saja. Tetapi, bagaimana dengan nasib seseorang itu yang tidak punya apa-apa, melainkan semangat untuk berusaha agar tetap hidup dari waktu ke waktu.

Di sebuah sudut Kota Padang, tepatnya di Kecamatan Padang Selatan, Sungai Batang Arau. Hampir penduduk di sana hidup sebagai seorang nelayan. Menjadi soerang nelayan tentu bukanlah pekerjaan yang mudah dan menjanjikan penghasilan yang banyak. Namun, demi memperjuangkan untuk hidup yang lebih baik, apapun itu bentuk usaha dan pekerjaannya, asalkan halal. Menjadi seorang nelayanpun sudah syukur alhamdulillah.

Pagi tadi Sabtu (2/2) sekitar pukul 09.30 Wib ada seorang bapak-bapak yang sedang memancing ikan di Sungai Batang Arau, tepatnya di pinggiran bangunan kota tua, Kecamatan Padang Selatan, Pondok, Padang. Lebih dari saju jam saya memantau bapak-bapak yang berusia sekitar 60 tahun itu. Jangankan ada sesekali ia mendapatkan seorang ikan, umpannya saja tidak pernah disambar ikan.

Anginpun terasa berhembus dengan alunan sepoi-sepoi, awan hitampun mulai menyelimuti langit di pagi itu. Namun, harapan seorang pemancing ikan di Sungai Barang Arau tersebut tidak pernah putus. Ia terus melemparkan umpannya ke dalam sungai. Sampan yang ia tumpangi tidak lah terlalu terbesar, karena hanya berukuran untuk satu orang saja. Entah apa yang akan terjadi kepadanya, jika pagi itu ia tidak mendapatkan seorang ikanpun, dan entah sampaikan ia harus memancing ikan bersama apungan sampan yang kecilnya itu. Semoga ia mendapatkan rezeki dari Sungai Batang Arau tersebut, agar bisa hidup dari waktu ke waktu. (*)

[ Red/Sri Irmayeni]-Selengkapnya di PadangEkspres,Posmetro padang, Rakyat Sumbar